Tentang Aku Yang Selalu Bertemu Dengannya Setiap Hari


Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Aku mengenalnya.
Dia mengenalku.
Dan, menurutku dia biasa-biasa saja.
Aku melihatnya setiap hari.
Melihatnya setiap hari adalah hal yang normal dan lumrah bagiku.
Tidak ada yang istimewa pada dirinya dimataku.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Suatu saat, aku mengetahuinya menyukai seseorang.
Aku terkejut.
Aku terkejut saat itu, entah kenapa.
Aku cemburu.
Aku cemburu ketika melihatnya sedang memandang cewek yang ia sukai.
Cewek itu cantik. Cewek itu manis. Dia memakai kacamata.
Dan gigi cewek itu sangat lucu.
Aku tiba-tiba saja, iri padanya.
Aku juga bingung.
Mengapa perasaan ini hadir?
Mengapa aku menganggapnya dulu biasa saja dan saat ini begitu istimewa?
Untuk apa aku iri?
Aku bukan siapa-siapa dirinya.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Hari demi hari aku lewati.
Terkadang, teman-teman di kelasku, meneriakki mereka berdua.
Aku diam saja.
Aku tertawa kecil,
Turut bahagia dengan mereka.
Aku tertawa kecil, menahan rasa cemburu aneh di hati.
Aku bahkan sampai mengira mereka pacaran.
Namun, ternyata tidak.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Aku sudah berhenti memikirkan dia dan cewek itu.
Aku berhenti menyukai dia.
Aku berhenti mencari tahu tentang si dia dan si cewek.
Aku berhenti melibatkan hati kecil ku ini dengan dia.
Aku menyibukkan diriku
Sibuk dengan dunia ku.
Aku lebih memilih belajar dan hanya berteman.
Aku hanya membaca buku,
Hobiku.
Dan sibuk memikirkan idola ketimbang mereka.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Suatu saat, di suatu hari, di suatu bulan, ia menatapku.
Tatapannya berbeda.
Tatapannya aneh.
Tatapannya tidak masuk akal.
Maksudku,
Kami hanya sebatas teman.
Dan, anehnya, tatapan itu tidak mungkin dilakukan jika kau hanya berteman.
Aku masih biasa saja dengannya saat itu.
Dia orangnya jail.
Mungkin saja ia hanya jail denganku.
Namun, apakah jail itu dilakukan setiap hari??!!

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Ia masih menatapku.
Mengapa perasaan yang sudah terkubur muncul kembali?
Aku berani membalas tatapannya.
Aku tertegun memandangnya.
Mata kami bertemu,
Dalam waktu yang lama.
Ia tersenyum
Ya. Senyumnya sangat manis.
Senyumnya yang sangat aku sukai.
Senyumnya yang siapapun melihatnya, pasti akan menyukainya.
Aku memalingkan wajah.
Tersipu.
Aku takut jika dia melihatku tersipu.
Aku berusaha untuk tidak membawa perasaan.
Dia jahil, kan?
Masih menganggap itu adalah kejahilan anak sekolah menengah atas. 

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Waktu semakin lama semakin berjalan.
Dia masih saja menatapku.
Terkadang tertawa melihat aku yang salah tingkah.
Kenapa juga aku bisa salah tingkah?
Aku juga semakin sering ketahuan olehnya, bahwa telah menatapnya.
Semakin sering pula aku salah tingkah.
Ketika aku menatapnya, perasaan yang aneh muncul.
Jantungku berdetak.
Aku tidak konsen berbicara pada teman-temanku.
Dulu, aku bebas berbuat apa saja di kelas,
Tidak tau malu.
Karena, aku dulu merasa tidak ada yang memerhatikanku.
Sekarang, entah kenapa aku jadi kalem.
Dan tentunya, aku belajar lebih rajin,
Agar dia menyukaiku.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Ketika mata kami bertemu,
Aku semakin bingung dengan perasaanku.
Lalu, pada suatu hari, dia berbicara denganku.
Berbicara denganku.
Aku sengaja untuk duduk disampingnya,
Lalu, mulutnya berkata sesuatu, dan ternyata itu untukku.
Aku gugup.
Aku menjawab perkataannya.
Syukur saja aku tidak canggung.
Aku tidak salah tingkah.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Dia mengirimi beberapa pesan.
Aku membalas sedikit cuek.
Agar tidak terlalu murahan di matanya.
Aku juga membalasnya dengan sedikit candaan.
Kami bercanda hal yang tidak wajar.
Sampai tengah malam.
Dia adalah orang yang asik jika diajak mengobrol.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Aku mulai jatuh cinta dengannya. Perasaan apa ini?
Perasaan cinta anak SMA?
Entah kenapa, aku tidak peduli tentang kekurangannya.
Aku jatuh cinta.
Aku menerima kekurangannya.
Tidak ada syarat untuk mencintainya.
Setiap detik, menit, jam, berlalu aku gunakan untuk mengangguminya.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Saat pelajaran,
Dia duduk disamping kursiku.
Aku menelan ludah.
Aku terkejut.
Tidak percaya.
Dan, suatu saat juga,
Dia semakin sering, sering, sering, melihatku.
Aku semakin sering tersenyum padanya.
Dia juga menyentuhku, seperti bahu dan lenganku.
Dia menyentuh telapak tanganku.
Dia mencubit pipiku.
Kami sering bercanda.
Aku terkejut.
Apa maksudnya?
Kami hanya teman.
Teman.
Aku perempuan,
Dan dia laki-laki.
Maksudku,
Jika teman, apakah hal seperti itu wajar?
Apakah kami melebihi batas teman?
Tapi, kami hanya teman.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Aku mulai bercerita pada temanku.
Tentang dia.
Tentang bagaimana perasaanku terhadapnya,
Tentang sikapnya terhadapku.
Temanku, bertanya, apakah aku yakin padanya?
Aku juga tidak tau.
Semua teman satu kelasku juga sering mengejek kami berdua.
Namaku dan nama dia sering disebut-sebut di kelas.
Aku tertawa.
Aku senang.
Oh ya, dia masih saja terus mendekatiku.
Dia masih terus mencuri kesempatan duduk disampingku.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Namun, kami hanya teman.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Dia mengungkapkan padaku, kan ada saatnya nanti,
Aku jadi miliknya satu.
Aku akan menjadi satu cintanya, katanya.
Aku percaya.
Bodohnya, aku percaya.
Aku menunggu.
Aku menunggu terus.
Aku rela menunggu sangat lama.
Suatu saat aku pasti akan menjadi miliknya.
Camkan itu!
Aku bimbang.
Apakah aku kasih yang ia harapkan?
Aku berharap cinta ini hadir untuk selamanya.
Bukan sementara.
Datang, pulang, datang lagi, pulang lagi.
Datang dan pergi.
Hatiku sebagai tempat persinggahannya.
Seakan-akan dia datang kepadaku disaat dia susah.
Dia masih memperpanjang harapan.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Kami masih teman.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Siapa yang tahan seperti ini setiap hari?
Aku dengan bodohnya, masih saja menunggu.
Kalau saja dia ingat akan janjinya.
Aku ingin pergi, bila tidak juga pasti.
Aku ingin pergi.
Bukannya aku lelah menanti.
Namun, jika begini, aku mencintai bayangan.
Siapa tahu di luar sana dia mencintai orang lain?
Siapa tahu di luar sana dia memperlakukan hal yang sama denganku pada perempuan lain?
Bukan hanya aku, kan?

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Apakah aku dosa jika berpikir dia berbohong padaku?

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Jujur.
Aku tidak yakin.
Aku tidak yakin aku bisa.
Aku tidak yakin aku bisa jika hidup tanpa dirinya.
Aku mengharapkan dirinya.
Aku masih mengharapkan dirinya.
Aku bodoh dalam cinta.
Aku mudahnya percaya.
Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku.
Aku tidak peduli dia melukaiku.
Dia menyakitiku? Aku dengan bodoh berkata bahwa itu tidak apa-apa.
Aku seperti orang gila ingin menaruhkan semuanya demi dirinya.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Kami teman.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Apakah aku harus pergi, jika aku hanya cinta pada bayangan?
Apakah kesabaranku kurang?
Berapa persen lagi aku menambah kesabaranku?
Apakah aku perlu menayangkan di televisi rumahnya, janji-janji manis yang ia katakan?

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Harusnya, aku sudah menyadarinya mulai lama.
Aku tidak menyadarinya selama ini.
Mestinya aku menyadari cintaku tak dibalasnya.
Harusnya aku tidak memaksakan,
Bila akhirnya dia melukaiku.
Apakah aku merelakan diriku jika dia hanya setengah hati membahagiakan jiwa kecilku?
Mungkin,
Aku tidak pernah bisa menjadi kekasihnya.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Aku menghayal terlalu tinggi.
Mungkin bisa saja,
Khayalanku tinggi seperti menara Eiffel.
Seharusnya aku menganggap dia tidak jatuh cinta denganku.
Seharusnua aku menganggap dia tidak pernah menyukaiku.
Tidak pernah menyukaiku.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Benar kan kataku?
Benar apa yang aku katakan.
Dia berubah.
Segalanya berubah.
Tidak pernah sama lagi.
Aku tau dia pasti tau kalau aku rapuh.
Aku tau dia pasti tau kalau aku hancur.
Aku tau dia pasti tau kalau aku menangis setiap malam.
Aku tau.
Sangat tau.
Aku sakit.
Sakit hati.
Seakan-akan dia baru saja memberi bunga dan coklat, lalu tak lama kemudian, memberiku pisau tajam.
Dia mengangkatku ke langit, membawaku terbang tinggi.
Dan menjatuhkanku dengan mudahnya, ke dalam sumur.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Dahulu aku tidak pernah menganggapnya pemberi harapan palsu.
Aku percaya saja.
Aku kira dia benar.
Ternyata, harapan palsu.
Aku sakit hati. Lebih dari sakit hati kurasa.
Aku sudah sadar. Cinta tak pernah berbalas.
Terima kasih untuk dirinya.
Terima kasih sudah membuatku seperti ini.
Terima kasih untuk membuatku menjadi membenci semua laki-laki.

Aku selalu bertemu dengannya setiap hari.
Cinta tidak harus saling memiliki, kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Wisthle (creepypasta)

The Secret Behind The Door

The Girl With a Red Ribbon in Her Hair