Pria Unik Yang Berjerawat
Aku baru saja keluar dari sekolah ketika rintik-rintik hujan sudah mulai turun. Awan gelap menari-nari diatas manusia-manusia yang berlarian mencari tempat berlindung. Kuangkat tas merah maroon ku ke atas kepala untuk melindungiku dari hujan. Aku mempercepat langkah kakiku menuju halte biasanya. Halte yang setiap hari kugunakan untuk menunggu angkutan umum. Seandainya aku pulang pada waktu seperti biasanya--seperti teman-temanku, mungkin aku tidak akan kehujanan seperti ini. Maklum, sebagai murid yang tahun depan menghadapi Ujian Kelulusan, tugas sangat menumpuk. Jadi, aku harus bertinggal di sekolah selama beberapa jam. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Setelah sampai di halte, aku langsung beranjak duduk lalu menghembuskan napas pelan. Sekarang aku hanya bisa berdoa agar angkutan umum lewat di tengah hujan badai. Itu adalah ketidakmungkinan yang aku mungkinkan. Aku mencek ponselku, dan baterainya sisa 11%. Betapa sialnya aku hari ini. "Hei, boleh aku duduk...